Pemikiran Ekonomi Zaman Keemasan Islam
Great Gap Dalam Sejarah Pemikiran Ekonomi
Para sejarawan pemikiran ekonomi sejak awal cenderung mengabaikan kontribusi cendekiawan muslim. Seringkali kita baca dalam sejarah pemikiran ekonomi mulai dari Zaman Yunani Kuno lalu melompat menuju Zaman Skolastik di abad ketiga belas. Adanya gap antar kedua zaman ini diasumsikan karena Eropa sedang mengalami masa kegelapan atau dark ages. Namun para sejarawan lupa bahwa ketika Eropa mengalami masa kegelapan justru peradaban Islam di daratan Asia sedang mengalami masa keemasan dengan berdirinya kerajaan yang kuat, perekonomian yang maju dan berkontribusi pada kemajuan budaya dan sains.
Masa Dark Age Eropa
Willis Mason West (1857-1931) dalam karyanya A History of Europe membagi Abad Pertengahan Eropa menjadi tiga periode yaitu Abad Pertengahan Awal atau sering disebut Abad Kegelapan terjadi sekitar tahun 500 sampai tahun 1000 Masehi yang ditandai dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi Kuno dan banyaknya perang yang mengakibatkan mundurnya kebudayaan dan pengetahuan. Dengan runtuhnya pemerintahan Romawi Kuno, perdagangan, infrastruktur, ilmu pengetahuan dan keamaan menurun drastis. Eropa pada saat itu diperintah oleh banyak kerajaan lalu membentuk Kekaisaran Bizantium atau Romawi Timur pada akhir abad ke-4 yang berdiri di bagian Timur Eropa dan sebagian Timur Tengah dengan ibukota di Konstantinopel. Periode Puncak Abad Pertengahan yang dimulai pada abad ke-11 yang dicirikan dengan dominasi gereja terhadap kekaisaran sehingga Kekaisaran Bizantium lebih sibuk dengan masalah keagamaan dan kurang memperhatikan ilmu pengetahuan, pada periode ini pula berlangsungnya Perang Salib. Selanjutnya periode Akhir Abad Pertengahan yang dimulai sekitar abad ke-14 yang ditandai dengan berbagai musibah dan malapetaka yang meliputi kelaparan, wabah penyakit dan perang. Perkembangan budaya dan teknologi mentransformasi masayarakat Eropa mengakhiri Abad Pertengahan atau Abad Kegelapan Eropa, sehingga periode ini sering disebut sebagai Renaisans atau era kelahiran kembali.
Masa Golden Age Islam
Zaman Keemasan Islam dimulai pada abad kedelapan sampai abad ketiga belas yang pada saat itu dunia islam dipimpin oleh kekhalifahan. Periode ini dimulai pada masa khalifah Abbasiyah Harun Al-Rasyid dengan peresmian Baitul Hikmah di Baghdad, dimana para ilmuwan dari berbagai penjuru dunia diamanatkan untuk mengumpulkan dan menerjemahkan semua pengetahuan dari berbagai latar belakang dan budaya dunia. Ada beberapa faktor yang mendorong munculnya zaman keemasan islam, yaitu pelaksanaan perintah agama yang mewajibkan untuk menuntut ilmu, selain itu fakta bahwa kekhalifahan Islam sangat luas mencakup Asia dan Afrika sehingga memudahkan adanya penyebaran ilmu pengetahuan dan faktor selanjutnya adanya penyebaran secara masif ilmuwan-ilmuwan islam untuk menerjemahkan dan mengajarkan ilmu pengetahuan menggunakan bahasa Arab sebagai pemersatu.
Fase Perkembangan Ekonomi Islam
Para sejarawan memiliki versi masing-masing mengenai fase perkembangan ekonomi islam, namun secara garis besar bisa dirangkum seperti berikut, pertama Fase Pembentukan Fondasi dimulai pada masa Rasulullah SAW dan para Khulafaur Rasyidin dengan berpedoman kepada Al-Qur'an dan Al-Hadits dalam ibadah maupun kehidupan sosial termasuk perekonomian. Kedua, Fase Penerjemahan dimulai pada masa kejayaan Bani Abbasiyah di bawah khalifah Harun Al-Rasyid (766-809), menghasilkan para cendekiawan yang ikut berkontribusi dalam perkembangan segala bidang ilmu pengetahuan termasuk pemikiran ekonomi di mana beberapa tokohnya termasuk Abu Yusuf, Abu Ubaid dan Yahya Ibnu Adam. Ketiga, Fase Transmisi di mana ilmu pengetahuan dari dunia Islam sudah meluas sampai ke daratan Eropa, di mana dalam fase ini kebudayaan Islam malah mengalami stagnansi intelektual. Terakhir, Fase Kebangkitan yang dimulai pada abad kesembilan belas sampai sekarang, para cendekiawan Islam mencoba membangkitkan kembali kekayaan intelektual Islam. Dikarenakan sejarah perkembangan pemikiran ekonomi pada zaman keemasan Islam cenderung dilewati, maka di bawah ini akan diterangkan dua tokoh pemikir Islam yang bisa dikaitkan sebagai jembatan penghubung antara pemikiran Yunani Kuno oleh Al-Farabi dan pemikiran zaman Skolastik yang banyak memiliki kesamaan ide dengan Al-Ghazali.
Al Farabi (870-950 M)
Salah satu cendekiawan muslim yang dapat mewakili tradisi muslim ialah Al-Farabi. Ia dikenal sebagai Neo Platonisme yang menghasilkan lebih dari seratur karya dari berbagai ilmu seperti logika, linguistik, politik, matematika, hukum dan lainnya. Dalam model tata negara, Al-Farabi menganalogikan dengan pengelolaan rumah tangga, sekaligus menunjukkan pengaruh besar Plato dalam gagasan Al-Farabi.Di dunia ilmu filsafat, Al-Farabi dikenal dengan sebutan Guru Kedua setelah Aristoteles, julukan ini diberikan karena kemampuannya dalam memahami pemikiran Aristoteles dan juga diakui sebagai filsuf Islam pertama yang berupaya merelevansikan filsafat politik Yunani Kuno dengan Islam, serta membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama.
Al Ghazali (1058-1111 M)
Selain Al Farabi, tentu kita tidak bisa mengabaikan kontribusi Al Ghazali, dengan salah satu karya besarnya Ihya Ulumuddin, menunjukkan pemikiran jeniusnya, bahkan Al Ghazali tidak mengambil ide-ide filsafat maupun ekonomi dari Yunani tanpa kritik yang tajam. Beberapa sejarawan menyebutnya sebagai seorang Mujaddid, yakni pembaru iman yang muncul sekali setiap abad untuk memulihkan iman umat Islam. Selain itu, Imam Al-Ghazali adalah sosok yang terkenal sebagai Bapak Tasawuf Modern. Beberapa sejarawan juga menemukan beberapa kesamaan konsep pemikiran ekonomi antara Al Ghazali dan St. Thomas Aquinas (1225-1274) yang dianggap sebagai tokoh utama Aliran Ekonomi Skolastik yang diyakini dipengaruhi oleh pemikiran Al-Ghazali.
Posting Komentar untuk "Pemikiran Ekonomi Zaman Keemasan Islam"